Sabtu, 05 Mei 2012

puisi dari ihsanul fikri


MALIN KUNDANG

Kepada Para Perantau                      

Emak, boleh aku pergi ke negeri seberang?
Aku ini laki-laki Mak!

Kapal besar sudah kuraut dengan jari-jari gagah yang kau lahirkan
Layar telah siap mengembang seluas do’amu
Angin patuh perintah Tuhan

Mengantarku menjelajah negeri-negeri rawan
Meminang perawan yang bertuan

Sangsi  dan murka engkau yang kupunya Mak
Badai, ombak keras
Menghantam karang
Tiada segarang restu yang kupinang darimu

Bila kelak murka meraja di pundakku
Bersiaplah aku menuai sumpah dari bibirmu yang mencium keningku

.............................................

Selamat tinggal Mak
Aku berlayar menjelajah restu yang menggantung
Memahat takdir di samudra

Pulau demi pulau terlampau
Deburan ombak menyunting kapal
Tiba masa tiada duga
Kapal bersandar di dermaga

Sorak sorai menggempita
Perantau pulang membawa harta
Meminang sumpah siapa kira?

Perempuan tua bersumbar suka
Mengaku Emak memeluk duka
Perawanku tak menduga
Aku tiada ‘kan setia

Wahai perempuan tua, siapa engkau mengalungkan doa
kepadaku saudagar kaya tak berumah?

Emak yang melahirkanku serupa perawan tak pernah tua
Sedang engkau senja layu di ujung usia

Sumpah selangit tujuh lapis
Gempita berkobar
Kilat menyambar
Petir menampar

Tubuh perkasa ditebus dosa
Terkutuk kaku
Menjadi batu
Menjadi karang digarang sumpah

Emak murka dibungkus duka
Malin Kundang menjadi kisah
Para perantau yang tak setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar